Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah derasnya capital outflow asing.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,07% terhadap dolar AS di angka Rp15.360/US$ pada hari Senin (18/9/2023). Pelemahan ini merupakan yang terparah sejak 13 September 2023.
Sedangkan indeks dolar AS (DXY) mengalami depresiasi dan berada di angka 105,29 atau turun dari penutupan perdagangan Jumat lalu (15/9/2023) yang berada di posisi 105,32.
Pergerakan rupiah selama pekan ini didominasi oleh berbagai kebijakan suku bunga. Setidaknya ada delapan bank sentral yang akan mengumumkan suku bunga pada pekan ini.
Di antaranya adalah bank sentral China (PBoC) pada Rabu (20/9/2023) dan bank sentral Jepang (BoJ) pada Jumat (22/9/2023).
Puncaknya adalah pada Kamis (21/9/2023) di mana ada enam bank sentral yang akan mengumumkan suku bunga yakni bank sentral Brasil, Turki, Afrika Selatan, Saudi Arabia, Indonesia, dan tentu saja Amerika Serikat (AS).
Banyaknya bank yang akan merilis data pada Kamis inilah yang membuat fenomena ‘Super Thursday’ akan kembali menghantui pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Salah satu yang paling ditunggu yakni suku bunga bank sentral AS (The Fed). Pelaku pasar menilai suku bunga AS akan ditahan di level 5,25-5,50%. Hal ini sesuai dengan survei perangkat CME FedWatch yang didominasi bahwa 99% mengatakan pause. Sedangkan hanya 1% yang mengatakan suku bunga AS mengalami kenaikan 25 basis poin (bps).
Sementara dari domestik, sentimen positif datang setelah rilis data neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2023 sebesar US$ 3,12 miliar. Ini adalah surplus 40 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Secara kumulatif hingga Agustus 2023, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 24,34 miliar atau lebih rendah sekitar US$ 10,55 miliar dibanding periode Januari-Agustus tahun sebelumnya.
Kendati demikian, terdapat sentimen kurang baik dari Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan capital outflow selama pekan kemarin. Menurut data BI berdasarkan transaksi pada 11-14 September 2023, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 4,45 triliun atau hampir Rp 5 triliun. Net sell pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 3,98 triliun sementara pada pasar saham senilai Rp 0,47 triliun.
Net sell ini lebih kecil dibandingkan pada awal September (4-7 September) yang mencapai Rp 7,57 triliun. Artinya, sepanjang September net sell sudah mencapai Rp 11 triliun lebih.
Data Kementerian Keuangan mencatat kepemilikan asing pada SBN per 13 September Rp 838, 89 triliun atau 15,28%. Angkanya lebih kecil dibandingkan Rp 846,3 triliun atau 15,37% per Agustus 2023.
Dengan capital outflow memberikan tekanan bagi pasar keuangan Indonesia termasuk rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Ramai Negara ASEAN “Buang” Dolar AS, Rupiah Bisa Makin Jaya?
(rev/rev)
Quoted From Many Source