Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam rangka menerapkan operasi moneter yang maksimal, Bank Indonesia (BI) menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan SBN yang dimiliki BI sebagai underlying.
Kehadirannya akan semakin melengkapi instrumen moneter yang dapat menyerap likuiditas di pasar keuangan dalam negeri.
Inovasi SRBI ini memberikan daya tarik tersendiri bagi investor karena selama ini menggunakan Reverse Repo. Reverse Repo dilakukan ketika terdapat kelebihan likuiditas lalu diserap dan akhirnya berhenti.
“Selama ini operasi moneternya kan dengan Reverse Repo. Jika ada kelebihan likuiditas, kami serap dengan Reverse Repo, maka akan berhenti,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
SRBI ini dinilainya lebih pro-market sehingga akan menggantikan Reverse Repo dengan tenor 6, 9, dan 12 bulan. Alhasil, mekanisme terkait penentuan target dan lainnya akan sesuai dengan operasi moneternya.
Kelebihan SRBI ini yakni karena bersifat traded (dapat diperdagangkan) sehingga dapat memperdalam pasar uang. Akhirnya, nanti akan ada supply demand di pasar uang untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan dengan fokus pada remaining maturity.
“Nanti akan terbentuk jual beli (secondary market) SRBI yang tenornya 3 bulan, 1 bulan, dan 2 minggu,” kata Perry.
Sebagai informasi, pasar menyambut baik penerbitan SRBI ini, seperti tercermin pada tingginya penawaran dibandingkan dengan target (oversubcribed) dalam dua kali lelang SRBI pada September 2023.
Pada lelang perdana tanggal 15 September 2023, terdapat penawaran sebesar Rp29,9 triliun atau 4,2 kali dari target lelang Rp7 triliun. Selanjutnya pada lelang kedua pada tanggal 20 September 2023 dengan target Rp5 triliun terdapat penawaran yang masuk 3,12 kali lipat atau sebesar Rp15,6 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rayu Asing Lewat SRBI, RI Lagi Butuh Pasokan Dolar AS
(rev/rev)
Quoted From Many Source